harusdipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Demikian pula lah terhadap insan pers yang harus mempertanggungjawabkan setiap kegiatan jurnalistiknya. Disamping ia bertanggungjawab pada Allah selaku makhluk, orang-orang pers juga harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya kepada publik pembaca, pendengar dan para pemirsa.21 2.
Ilustrasi alam dan lingkungan. Foto ini, manusia hidup secara berdampingan dengan alam. Namun, semakin banyaknya populasi manusia di Bumi ini, alam seakan didesak untuk bekerja lebih keras memenuhi kebutuhan hal ini, alam telah memberi manusia banyak hal yang bermanfaat dan indah. Seperti pemandangan, makanan, tempat tinggal, hingga menjaga keseimbangan halus yang diperlukan untuk menopang kehidupan di planet menjaga dan merawat alam dan lingkungan untuk berkembang dengan lebih baik sangat harus dilakukan oleh manusia. Peningkatan akan kesadaran menjaga lingkungan harus terus telah memberikan pedoman terhadap semua sisi kehidupan, termasuk lingkungan. Lingkungan sendiri merupakan bagian dari ciptaan Allah SWT dan setiap manusia ciptaan-Nya berkewajiban untuk dari berbagai sumber, inilah beberapa dalil yang menjelaskan ajaran Islam dalam melestarikan alam dan Merusak lingkungan menjadi salah satu sifat orang munafikAllah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِى ٱلْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ ٱلْحَرْثَ وَٱلنَّسْلَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلْفَسَادَArtinya Dan apabila ia berpaling dari kamu, ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai Dilarang untuk menvemari lingkunganDari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bersabda"Jauhilah dua perbuatan yang mendatangkan laknat!" Sahabat-sahabat bertanya, "Apakah dua perbuatan yang mendatangkan laknat itu?" Nabi menjawab, "Orang yang buang air besar di jalan umum atau di tempat berteduh manusia." HR MuslimDari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bersabda"Janganlah seorang dari kalian kencing di air tenang yang tidak mengalir kemudian mandi di dalamnya." HR Bukhari dan Muslim3. Menanam tumbuhan sama dengan bersedekahDari Anas radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bersabda"Tidak seorang pun Muslim yang menanam tumbuhan atau bercocok tanam, kemudian buahnya dimakan oleh burung atau manusia atau binatang ternak, kecuali yang dimakan itu akan bernilai sedekah untuknya." HR BukhariIlustrasi alam dan lingkungan. Foto Berlaku baiklah kepada segala sesuatuDari Syaddad bin Aus berkata"Ada dua hal yang aku hafal dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, beliau berkata, 'Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku ihsan kepada segala sesuatu. Bila kalian membunuh seperti binatang berbahaya, bunuhlah dengan cara yang baik. Bila kalian menyembelih binatang, sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya seorang dari kalian mengasah pisaunya dan memberi kemudahan kepada sembelihannya. HR Muslim5. Larangan membakar pohonAbu Bakar Radhiyallahu ’anhu berpesan ketika mengirim pasukan ke Syam, "... dan janganlah kalian menenggelamkan pohon kurma atau membakarnya. Janganlah kalian memotong binatang ternak atau menebang pohon yang berbuah. Janganlah kalian meruntuhkan tempat ibadah. Janganlah kalian membunuh anak-anak, orang tua, dan wanita." HR AhmadNah, itulah beberapa dalil dari Al-Quran dan hadis yang dapat kamu pahami bahwa menjaga dan merawat alam dan lingkungan itu penting untuk kelangsungan hidup di dunia. Bahkan, mereka yang menanam tumbuhan yang bermanfaat sama dengan bersedekah. Wallahu'alam.
Al-Anfal: 27), bahwa harta dan anak merupakan objek ujian dan cobaan Allah swt yang dapat saja menghalang seseorang menunaikan amanah Allah dan Rasul-Nya dengan baik. Padahal kehidupan yang mulia adalah kehidupan yang menuntut pengorbanan dan menuntut seseorang agar mampu menunaikan segala amanah kehidupan yang diembannya. Agama Islam memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan alam dengan cara yang baik ihsan dan menjadi manusia bertanggung jawab dalam melindungi alam dan lingkungan serta larangan merusaknya. Manusia sebagai khalifah Allah salah satu tugasnya membuat bumi ini makmur. Ini menunjukkan bahwa kelestarian dan kerusakan alam berada di tangan manusia. Dalam Islam, hak mengelola alam tidak dapat dipisahkan dari kewajiban untuk memelihara kelestariannya. Banyaknya ayat al-Qur’an yang membicarakan larangan merusak bumi mengindikasikan kewajiban umat Islam untuk memelihara kelestarian dan keasrian bumi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free P-ISSN 2442-9910 E-ISSN 2548-642X S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 DOI LINGKUNGAN DAN ALAM DALAM AL-QUR’AN Ahmadiy Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Sains Al-Qur’an ahmadiy 08112957544 Dikirimkan 18/02/2019 Diterima 20/04/2019 Dipublikasikan18/05/2019 Abstrak Agama Islam memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan alam dengan cara yang baik ihsan dan menjadi manusia bertanggung jawab dalam melindungi alam dan lingkungan serta larangan merusaknya. Manusia sebagai khalifah Allah salah satu tugasnya membuat bumi ini makmur. Ini menunjukkan bahwa kelestarian dan kerusakan alam berada di tangan manusia. Dalam Islam, hak mengelola alam tidak dapat dipisahkan dari kewajiban untuk memelihara kelestariannya. Banyaknya ayat al-Qur’an yang membicarakan larangan merusak bumi mengindikasikan kewajiban umat Islam untuk memelihara kelestarian dan keasrian bumi. Kata kunci al-Qur’an, Manusia, Lingkungan, Alam. PENDAHULUAN Jagat raya seisinya adalah ciptaan Allah, karenanya disebut sebagai makhluk Allah. Manusia, bumi, langit, dan lainnya adalah bagian dari alam. Walaupun demikian, manusia merupakan makhluk mulia. Allah menciptakan manusia tidak hanya berbeda dengan makhluk lain, tetapi juga memberikan kelebihan yang tidak diberikan kepada yang lainnya. Allah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.       Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. QS. al-Thin 4 Sebagai makhluk mulia yang dianugerahi akal, maka manusia dapat berpikir, memilih dan memilah yang benar dan yang salah, memilih yang baik dan yang buruk, dan dengan akal manusia dapat mengembangkan kehidupannya. Manusia tidak boleh menimbulkan kerusakan terhadap alam dan lingkungan, bahkan harus memelihara alam dan lingkungannya.                Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. QS. al-Rum 41 Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup akibat perbuatan manusia, karena manusia yang diberi tanggung jawab sebagai khalifah di bumi. Manusia mempunyai daya inisiatif, kreatif, sedangkan makhluk S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 100 lainnya tidak memiliki. Sejak awal Allah memperingatkan akan adanya akibat ulah tangan manusia. Kerusakan yang terjadi sebagai akibat keserakahan manusia, disebabkan manusia memperturutkan hawa nafsunya dan tidak mentaati tuntunan dan ajaran Allah [1].          Jika kamu hai para muslimin tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. QS. al-Anfal 73 METODE Penelitian ini termasuk dalam penelitian pustaka, karena sumber data yang menjadi rujukan baik itu yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pokok bahasan berasal dari sumber-sumber tertulis, seperti dalam bentuk kitab, buku, majalah, jurnal, dan lainnya. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, menggambarkan dan menguraikan sesuatu hal menurut apa adanya, kemudian dianalisis. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Memelihara Alam dan Lingkungan Alam adalah segala apa saja yang bukan Allah. Yang ada itu hanya dua, yaitu alam dan Allah. Alam ialah yang diciptakan makhluk, sedang Allah ialah pencipta khalik. Maka dalam al-Qur’an, Allah bergelar “rabbul alamin” tuhan alam semesta. Dalam menerangkan alam semesta, selain kata alamin, al-Qur’an sering juga menggunakan kalimat “assamawat wal ardh” semua langit dan bumi, atau al-Qur’an menyebut dengan kalimat segala apa yang ada di langit dan di bumi. Alam semesta diciptakan Allah menurut hukum yang pasti, objektif dan tetap. Artinya, alam semesta adalah satu kosmos yang dalam bahasa ilmu suatu laws of nature, dalam Islam disebut sunnatullah. Sebagaimana alam semesta demikian pula seluruh isinya termasuk manusia telah terikat dan berada dalam suatu hukum serba tetap. Hukum serba tetap yang mengatur alam sesungguhnya adalah hukum Allah sunnatullah. Dan dia Allah telah menciptakan segala sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya QS. al-Furqan 2 [2]. Allah menegaskan, bahwa segala yang telah diciptakannya berjalan secara teratur, tidak terdapat suatu kekacauan dan cacat. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan tuhan yang maha pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? QS. al-Mulk 3. Kepatuhan alam semesta terhadap sunnatullah, termasuk manusia adalah untuk kesejahteraan. Apabila kepatuhan alam semesta dan manusia terhadap sunnatullah untuk tujuan kesejahteraan, maka sebaliknya pelanggaran terhadap sunnatullah membawa kerugian dan kebinasaan [2]. Masalah lingkungan menjadi salah satu pembahasan yang paling utama dan signifikan untuk didiskusikan. Karena manusia dihadapkan pada serangkaian masalah global yang membahayakan biosfer dan kehidupan umat manusia dalam bentuk yang sangat mengejutkan yang dalam waktu relatif singkat akan menjadi fenomena yang tak dapat dikembalikan lagi, sehingga secara cepat kehancuran bumi alam akan terjadi. S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 101 Para ilmuwan mengatakan bahwa manusia dalam tahap sejarah bumi, benar-benar telah menjadi kekuatan utama global. Sejumlah ilmuwan terkemuka juga prihatin karena manusia terlalu berhasil dalam mengancam keseimbangan ekosistem bumi dan mengancam keberlangsungan hidup masa depan manusia sendiri sebagai sebuah species [3]. Lingkungan adalah semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan, sedangkan lingkungan alam adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku organisme. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang berada disekeliling makhluk hidup yang mempunyai pengaruh timbal balik terhadap makhluk hidup tersebut. Masalah lingkungan hidup mulai bergema pada tahun 1968 ketika diangkat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB karena ditemukan kasus-kasus pencemaran lingkungan, antar lain, berupa kabut asap yang mengganggu pernapasan di Los Angeles dan New York, Amerika Serikat, kematian massal burung pemakan ikan dibeberapa kawasan eropa, yang ternyata diakibatkan oleh kadar pestisida yang tinggi dalam tubuh burung-burung, serta beberapa peristiwa pencemaran lain di Jepang. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar QS. ar-Rum 41. Nilai-nilai moral masyarakat sudah menyesatkan. Prinsip moral ini yang merupakan hasil dari hasrat mementingkan diri sendiri serta keserakahan masyarakat, kemudian berubah menjadi keegoisan, kesombongan, kesinisan, kekerasan, dan kebrutalan dalam masyarakat. Masyarakat percaya bahwa untuk meningkatkan standar hidup, mereka harus mencurangi dan mengalahkan yang lainnya. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa orang yang ingkar kepada Allah adalah orang yang tidak mengenal ataupun menyadari adanya tanda-tanda ayat-ayat Allah. Yang membedakan seorang muslim adalah kemampuannya untuk melihat tanda-tanda Allah dan bukti-buktinya. Seorang muslim tahu bahwa semua ini tidak diciptakan dengan sia-sia dan seorang muslim dapat menyadari kekuatan serta keagungan seni Allah dimana pun dan mengetahui cara memujanya. Dialah seorang muslim yang termasuk orang yang berakal. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; Zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang memikirkan. QS. al-Nahl 11 [3]. Istilah lingkungan sebagai ungkapan singkat dari lingkungan hidup yang juga sering digunakan istilah lain yang semakna seperti dunia, alam semesta, planet bumi dan lainnya, merupakan pengalihan dari istilah asing environment Inggris, levironment Perancis, umwelt Jerman, milliu Belanda, alam sekitar Malaysia, sivat-lom Thailand, al-bi’ah Arab, dan lain-lain. Kemudian ilmu yang mengkaji tentang lingkungan hidup disebut ekologi. Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah tangga dan kata logos yang berarti ilmu. Oleh karena itu, secara etimologis ekologi artinya ilmu yang mempelajari tentang seluk-beluk hidup dirumah termasuk proses dan pelaksanaan fungsi dan hubungan antar komponen secara keseluruhan. Sedangkan S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 102 secara terminologis ekologi artinya ilmu yang mengkaji tentang proses perhubungan antara kedua belah pihak interrelasi dan saling ketergantungan interdependensi antar organisme dalam satu wadah lingkungan tertentu secara keseluruhan. Problem lingkungan yang sudah setua umur dunia memang sangat kompleks, akan tetapi jika diteliti secara seksama sebenarnya bersumber pada lima aspek yaitu Pertama, aspek dinamika kependudukan. Kedua, eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan. Ketiga, pertumbuhan ekonomi. Keempat, perkembangan sains dan teknologi, dan benturan terhadap lingkungan. Kelima, persoalan tersebut saling kait mengkait satu dengan lainnya sehingga menjadi problem serius [4]. Secara personal individual, manusia sebagai citranya, dipanggil untuk memasuki relasi cinta personal dengan Allah. Oleh karena itu, arah dan tujuan hidup manusia sepenuhnya merupakan jawaban konkrit terhadap tuntutan cinta kasih Allah, yaitu dengan cara mencintainya sepenuhnya. Sedangkan secara sosial komunal bersama atau umum manusia sebagai citra Allah dijabarkan dalam faham egalitarian [5]. Manusia baik laki-laki maupun perempuan diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang mampu memasuki relasi inter personal. Oleh karena itu, cinta kasih, keterbukaan dan keadilan harus diwujudkan oleh manusia dalam kehidupan sosial komunalnya, agar keluhuran martabat manusia tidak luntur. Adapun pemahaman secara kosmis alam semesta ekologis, manusia sebagai gambaran image dei adalah percaya bahwa manusia dipanggil oleh Allah untuk ikut serta dalam memelihara keutuhan ciptaan. Tanpa pemeliharaan ini hidup manusia terancam, sebab manusia hakikatnya merupakan bagian integral dari ciptaan itu sendiri. Dengan demikian, manusia bertindak secara kreatif dalam upaya transformasi, rekonstruksi dan konservasi alam semesta. Dalam pemahaman kosmis ekologis lebih lanjut Allah digambarkan sebagai simbol “Ibu Alam Semesta”. Sebagai ibu alam semesta, Allah mengungkapkan kasih sayang yang kreatif. Allah memelihara alam semesta dengan penuh kasih dan tulus ikhlas, sebab Allah telah melahirkan alam semesta. Rumusan demikian dirancang bangun oleh penggagas eco feminism. Dibalik simbolisasi Allah sebagai ibu alam semesta Fransisco Aseisi merumuskan sistem keyakinan bahwa matahari dan bumi serta makhluk lain dalam alam semesta merupakan saudara dan saudari manusia sekaligus sebagai lambang kehadirannya [4]. B. Tinjauan Umum Ayat al-Qur’an Tentang Lingkungan dan Alam Term yang digunakan oleh al-Qur’an untuk memperkenalkan istilah lingkungan sebagai ruang kehidupan adalah kata al-bi’ah. Kata al-bia’ah merupakan derivasi dari kata ba’a-yabi’u-bi’atan, yang berarti kembali, menempati wilayah, ruang kehidupan, dan lingkungan. Secara faktual, yang digunakan oleh al-Qur’an adalah kata derivan al-bi’ah bukan kata al-bi’ah itu sendiri. Meskipun demikian, tidak mengurangi komitmen al-Qur’an pada lingkungan, sebab makna substansial yang terkandung dalam ayat-ayat terkait cukup mendukung. Secara kuantitatif, kata ba’a dan derivasinya digunakan dalam al-Qur’an sebanyak 18 kali tersebar dalam 15 ayat [4]. Derivasi kata al-bi’ah yang berkonotasi lingkungan sebagai ruang kehidupan antara lain terdapat dalam al-Qur’an 1. QS. al-A’raf 74 S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 103           Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti yang berkuasa sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. 2. QS. Yunus 93       Dan Sesungguhnya kami Telah menempatkan Bani Israil di ternpat kediaman yang bagus. 3. QS. Yusuf 56      Dia berkuasa penuh pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. 4. QS. al-Nahl 41             Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. 5. QS. al-Ankabut 58        Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga. Berdasarkan data penggunaan arti derivasi kata al-bi’ah dalam al-Qur’an seperti terungkap di atas, tampak berkonotasi pada lingkungan sebagai ruang kehidupan [6] khususnya bagi spesies manusia. Penggunaan konotasi derivasi kata al-bi’ah atau lingkungan sebagai ruang kehidupan tampak pararel dengan tradisi ekologi yang lazim memahami bahwa lingkungan merupakan segala sesuatu diluar suatu organisme. Segala sesuatu diluar organisme adalah identik dengan ruang kehidupan. Dengan demikian, ketika al-Qur’an memperkenalkan lingkungan dengan term ruang kehidupan, al-bi’ah, dapat dikatakan bahwa secara faktual al-Qur’an hadir jauh sebelum teori ekologi modern muncul, namun rumusan pengungkapan term lingkungan dengan menggunakan istilah ruang kehidupan, al-bi’ah, ternyata memiliki pijakan mapan selaras dengan teori ekologi modern. Bertitik tolak dari uraian tentang term yang digunakan oleh al-Qur’an untuk memperkenalkan konsep lingkungan dengan term seluruh spesies, al-alamin jagad raya, al-sama’ ruang tempat, atau al-ardh bumi, dan lingkungan sebagai ruang kehidupan, al-bi’ah, dapat dikatakan bahwa konsep lingkungan hidup menurut al-Qur’an adalah lingkungan dalam arti luas yakni meliputi lingkungan alam planet bumi, ruang angkasa dan angkasa luar. Lingkungan dipahami bukan hanya meliputi lingkungan hidup manusia, melainkan lingkungan hidup seluruh spesies baik yang ada di ruang bumi maupun di ruang angkasa bahkan yang ada di ruang angkasa luar. Sebab pada kenyataannya, keseimbangan ekosistem di ruang bumi juga memiliki berhubungan dengan ekosistem di luar ruang bumi. Oleh karena itu, menurut ajaran agama Islam manusia wajib menjaga kelestarian daya S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 104 dukung lingkungan bukan saja dalam lingkungan planet bumi, melainkan juga di angkasa luar serta di luar angkasa [4]. Konsep Islam tentang lingkungan dalam pengertian luas merupakan upaya untuk merevitalisasi misi asal ekologi. Misi asal ekologi adalah untuk mengkaji keterhubungan timbal balik antar komponen dalam ekosistem. Dalam hal ini tidak terbatas hanya komponen manusia dan ekosistemnya, melainkan seluruh komponen dalam ekosistem. Dengan demikian, visi Islam tentang lingkungan adalah visi lingkungan yang utuh menyeluruh, holistik integralistik. Visi lingkungan yang holistik integralistik diproyeksikan mampu menjadi garda keseimbangan ekosistem. Sebab seluruh komponen dalam ekosistem diperhatikan kepentingannya secara proporsional tidak ada yang dipentingkan dan tidak ada pula yang diterlantarkan oleh visi lingkungan Islam yang holistik integralistik. Secara ekofilosofis hubungan manusia dengan lingkungan terdapat keterhubungan, keterkaitan dan keterlibatan timbal balik yang tidak dapat ditawar. Lingkungan dan manusia terjalin sedemikian erat antara satu dengan yang lain. Sehingga manusia tanpa keterjalinannya dengan lingkungan tidak dapat dibayangkan dan tidak dapat pula dipikirkan bahkan tidak ada. Keterjalinan manusia dengan lingkungan adalah bersifat dinamis. Maksudnya, keterjalinan manusia dengan lingkungan merupakan keterjalinan sadar yang dihayati dan dijadikan sebagai akar serta inti kepribadiannya. Keterjalinan timbal balik manusia dengan lingkungan bukan bersifat statis. Dalam arti keterjalinan manusia dengan lingkungan bukan bersifat deterministis yang harus diterima apa adanya, tetapi bersifat suka rela yang dapat dipikirkan. Keterjalinan hubungan tersebut bukan pula bersifat verbalistis tanpa makna, tetapi bersifat reflektif penuh arti. Keterjalinan manusia dengan lingkungan merupakan upaya pencarian jati diri manusia. Hal ini disebabkan karena manusia ada dalam lingkungan [4]. Ekoteologi Islam memiliki konsep yang berbeda dengan konsep ekologis tentang hubungan struktural antara manusia dengan lingkungan. Konsep Islam tersebut dirumuskan dalam sistem teologi yang disebut dengan teologi proporsional. Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat juga seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam al-Kitab, kemudian kepada tuhanlah mereka dihimpunkan QS. al-An’am 38. Pesan ekoteologis ayat ini terdapat pada kalimat yang semakna dengan “Seluruh komunitas dalam ekosistem merupakan satu keluarga ekosistem. Komunitas manusia dengan komunitas flora dan fauna merupakan komunitas bersaudara”. Dengan demikian, bahwa manusia bukan milik lingkungan dan ingkungan juga bukan milik manusia. Oleh karena itu, manusia merupakan bagian integral dari ekosistem. Manusia merupakan saudara ekologis sesama komponen lingkungan dalam ekosistem. Refleksi teologis dari landasan spiritual ini dinyatakan bahwa salah satu pilar keyakinan manusia adalah “Sesungguhnya manusia merupakan salah satu komponen ekosistem sebagai bagian integral dari lingkungan. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan ekologis sebagai karya cipta ilahi rabbi yang memiliki interdependensi dan interkorelasi cukup ketat” [4]. Dalam al-Qur’an Allah menyatakan bahwa alam diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 105 Dan dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, sebagai rahmat daripadanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir QS. al-Jatsiyah 13. Ayat inilah yang menjadi landasan teologis pembenaran pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia. Meskipun Islam tidak melarang memanfaatkan alam, Islam menetapkan aturan mainnya. Agama Islam memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan alam dengan cara yang baik ihsan dan menjadi manusia bertanggung jawab dalam melindungi alam dan lingkungan serta larangan merusaknya. Manusia sebagai khalifah Allah salah satu tugasnya membuat bumi ini makmur. Ini menunjukkan bahwa kelestarian dan kerusakan alam berada di tangan manusia. Dalam Islam, hak mengelola alam tidak dapat dipisahkan dari kewajiban untuk memelihara kelestariannya. Banyaknya ayat al-Qur’an yang membicarakan larangan merusak bumi mengindikasikan kewajiban umat Islam untuk memelihara kelestarian dan keasrian bumi. Menurut M. Quraish Shihab, etika pengelolaan lingkungan dalam Islam mencari keselarasan dengan alam sehingga manusia tidak hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri, tapi menjaga lingkungan dari kerusakan. Setiap perusakan lingkungan haruslah dilihat sebagai perusakan terhadap diri sendiri. Lanjut Shihab, berbeda dengan sikap sebagian teknokrat yang memandang alam sebagai alat untuk mencapai tujuan konsumtif. Tuntunan moral Islam dalam mengelola alam adalah larangan serakah dan menyia-nyiakannya. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan QS. al-A’raf 31. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada tuhannya QS. al-Isra’ 27. Larangan berlebihan dalam QS. al-A’raf 31 diatas mencakup segala sesuatu, termasuk memanfaatkan alam. Alam dimanfaatkan seperlunya. Eksploitasi terhadap alam yang mengakibatkan rusaknya habitat alam dilarang Islam. Agama Islam memandang pemanfaatan alam semesta tanpa metode dan membabi-buta merupakan sebuah bentuk kezaliman dan akan merugikan manusia sendiri. Berlebih-lebihan dalam memanfaatkan alam dipandang sebagai perilaku mubazir dan dicela oleh Islam. Menurut syeikh al-Qardhawi, penamaan surat-surat al dengan mengambil nama hewan al-Baqarah sapi, al-An’am binatang al-fil gajah, al-Adiyat kuda, al-Naml semut, al-Nahl lebah, dan al-Ankabut laba-laba, nama tumbuh-tumbuhan seperti at-Tin sejenis tumbuhan dan al-Hadid tambang, atau nama alam lainnya seperti ad-Dzariyat angin yang menerbangkan sesuatu, an-Najm bintang, al-Fajr fajar, asy-Syams matahari, al-Lail malam, adh-Dhuha waktu dhuha, al-Ashr sore, dan sebagainya adalah isyarat agar manusia sadar bahwa dirinya terikat dengan alam sekitar, sehingga manusia tidak lalai menjalankan kewajiban menjaga kelestarian alam. Pentingnya memelihara alam juga tercermin dari pidato Abu Bakar di depan angkatan perang kaum muslim saat akan berangkat untuk menggempur raja Ghassani S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 106 yang telah memerintahkan pembunuhan atas utusan Nabi Muhammad di masa-masa akhir hidupnya. Abu Bakar dalam pidatonya melarang pembunuhan terhadap anak-anak dan orang tua, merusak dan membakar pohon kurma, dan menebang pohon-pohon yang berbuah. Menurut ajaran Islam, manusia dalam mengelola dan memanfaatkan alam harus bersikap arif. Maksudnya mengelola dan memanfaatkan alam jangan sampai merusak habitat alam. Mengelola alam harus diiringi dengan usaha-usaha untuk melestarikannya. Dalam sebuah ayat Allah menyatakan bahwa seluruh langit dan bumi serta makhluk di dalamnya bertasbih memuji Allah. Manusia harus senantiasa menghormati alam karena ia adalah makhluk Allah yang senantiasa bertasbih kepadanya QS. at-Tagabun 1, QS. al-Jum’ah 1, QS. as-Saf 1, QS. al-Hasyr 1. Manusia harus mengiringi alam bertasbih memuji Allah, antara lain memelihara kelestarian alam dan mengarahkannya kearah yang lebih baik, dan bukan melakukan perusakan di muka bumi. Islam membolehkan pengelolaan bumi dan pemanfaatannya dengan syarat menjaga kelestarian dan keberlangsungannya [7]. Krisis linkungan yang tengah terjadi sekarang adalah akibat kesalahan manusia menanggapi persoalan ekologinya. Akar dari sumber krisis lingkungan manusia sangat dipengaruhi oleh keyakinan tentang alam dan takdirnya yaitu oleh agama [8]. C. Manusia, Lingkungan, dan Alam Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah untuk tinggal di bumi, beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya dengan masa dan relung waktu terbatas. Dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan QS. al-Baqarah 36. Kediaman di muka bumi diberikan Allah kepada manusia sebagai suatu karunia yang harus disyukuri. Manusia wajib memeliharanya sebagai suatu amanah. Manusia telah diberitahu oleh Allah bahwa mereka akan hidup di bumi dalam batas waktu tertentu. Oleh karena itu manusia dilarang keras berbuat kerusakan. Begitu pun dalam mencari nafkah dan rezeki di atas muka bumi, Allah telah menggariskan suatu akhlak dimana perbuatan pemaksaan dan kecurangan terhadap alam sangat dicela. Kenikmatan dunia dan akhirat dapat dikejar secara seimbang tanpa meninggalkan perbuatan baik ihsan dan menghindarkan kerusakan di muka bumi. Mayoritas bencana yang terjadi, kebanyakan disebabkan perbuatan manusia. Sedikit sekali bencana yang diakibatkan oleh alam, misalnya gempa bumi atau gunung meletus yang merupakan suatu siklus alam yang memang tidak dapat dihindari oleh manusia.                               Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi dan S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 107 berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan QS. al-Qashash 77. Kerusakan lingkungan pada saat ini semakin bertambah parah. Kelalaian dan dominasi manusia terhadap alam dan pengelolaan lingkungan yang tidak beraturan membuat segala unsur harmoni dan sesuatu yang tumbuh alami berubah menjadi kacau dan sering berakhir menjadi bencana. Tiga dasawarsa terakhir menyaksikan Indonesia menggantungkan hidup dan perekonomiannya pada kesuburan sumber daya alam SDA yang melimpah misalnya, minyak bumi, batu bara, tembaga, emas, dan timah. Ketergantungan ini menguras isi perut bumi kemudian menyisakan lobang-lobang raksasa, pencemaran udara dan air, serta sisa galian yang memerlukan biaya pengembalian alam restorasi yang tidak sedikit. Sementara itu, di atas permukaan bumi, pembabatan hutan alam terus terjadi. Ini dapat dijumpai di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku hingga Papua. Kerugian akibat kerusakan lingkungan yang diderita manusia terwujud dalam bermacam bentuk. Tanah longsor, pencemaran udara, tanah dan air, banjir, kepunahan spesies flora dan fauna, dan seterusnya. Awal Desember 2000, di Padang Sumatera Barat misalnya terjadi sebuah bencana terbesar sepanjang sejarah propinsi. Tanah longsor, banjir dan air bah yang disebut galodo menelan 111 korban jiwa serta kerugian financial. Akibat bencana ini, banyak fasilitas umum seperti tempat ibadah yang tidak dapat lagi difungsikan. Kerugian ditaksir mencapai angka Rp 302 milyar. Kerusakan itu sudah tentu merupakan bencana akibat adanya perubahan ekosistem yang tidak bersahabat dengan alam. Manusia telah mengubah alam karena eksploitasi terhadap hutan sebagai sumber pendapatan, penambangan dan seterusnya. Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia telah mencatat sejarah kehancuran alamnya karena ketidak pedulian umatnya terhadap lingkungan alamnya [8]. Walaupun setiap individu manusia cenderung lebih merasakan hidup di tengah tatanan lingkungan yang lebih kecil dari keseluruhan bumi. Perhatian kita sebagai individu lebih tertuju pada tatanan lingkungan yang terbatas ukuran Negara, provinsi atau kabupaten, bahkan lebih kecil lagi sebatas luas kecamatan atau desa sendiri. Namun tidak menjadi soal seluas apa lingkungan hidup yang kita ketahui isi dan cirinya, harus selalu disadari bahwa keseluruhan bumi diciptakan Allah sebagai satu kesatuan alam yang utuh sebagai tempat hidup manusia dan makhluk tuhan lainnya secara keseluruhan. Apa yang diperbuat dilingkungan akan berpengaruh pada lingkungan sekitar, dan akan berpengaruh pada lingkungan orang lain dan bangsa lain. Bumi merupakan kesatuan lingkungan hidup yang amat luas permukaannya diperkirakan seluas 510 juta Ha, tapi dengan permukaan tanah hanya 153 juta Km persegi atau juta Ha. Suatu desa tempat tinggal hanya merupakan luasan lingkungan hidup yang amat kecil jika dibandingkan dengan bumi sebagai suatu tatanan lingkungan hidup yang besar. Suatu perbuatan negatif ataupun positif oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap lingkungan hidupnya dalam batasan luasan yang kecil sekalipun, akan membawa pengaruh kepada tatanan lingkungan hidup orang lain yang dekat maupun jauh. Cepat atau lambat secara akumulatif akan berpengaruh pula kepada bumi sebagai suatu kesatuan S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 108 lingkungan hidup umat manusia serta makhluk Allah selain manusia [1]. Pemeliharaan lingkungan hidup merupakan penentu keseimbangan alam. Dalam konteks pelestarian lingkungan, pemahaman ini sudah kita dengar sejak lama. Bahkan, pelajaran ilmu alam seolah tidak henti-hentinya mengajarkan bahwa semua komponen ekosistem, baik berwujud makhluk hidup maupun komponen alam lainnya, merupakan sebuah kesatuan yang harus berjalan seimbang dan tidak boleh timpang satu dengan yang lain. Manusia harus banyak mengkaji serta mempertanyakan efektivitas hasil dari hal-hal tersebut. Tentu setelah semuanya disadari, manusia wajib melakukan instrospeksi atas berbagai potret bencana yang terjadi di belahan bumi belakangan ini [9]. Allah menggariskan takdirnya atas bumi, pertama kalinya dengan memberikan segala fasilitas terbaik bagi semua penghuni bumi. Diciptakanlah lautan yang maha luas dengan segala kekayaan di dalamnya. Air hujan yang menghidupkan bumi setelah masa-masa keringnya. Belum cukup dengan itu semua, Allah memperindah kehidupan di muka bumi dengan menciptakan hewan, tumbuhan, angin dan awan di angkasa, sebagai teman hidup manusia. Setelah selesai dengan segala penciptaannya, Allah hanya memberikan sebuah amanah kepada manusia                 Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepadanya dengan rasa takut tidak akan diterima dan harapan akan dikabulkan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. QS. al-A’raf 56 [9] PENUTUP Simpulan Bumi merupakan kesatuan lingkungan hidup yang amat luas permukaannya diperkirakan seluas 510 juta Ha, tapi dengan permukaan tanah hanya 153 juta Km persegi atau juta Ha. Suatu desa tempat tinggal hanya merupakan luasan lingkungan hidup yang amat kecil jika dibandingkan dengan bumi sebagai suatu tatanan lingkungan hidup yang besar. Suatu perbuatan negatif ataupun positif oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap lingkungan hidupnya dalam batasan luasan yang kecil sekalipun, akan membawa pengaruh kepada tatanan lingkungan hidup orang lain yang dekat maupun jauh. Cepat atau lambat secara akumulatif akan berpengaruh pula kepada bumi sebagai suatu kesatuan lingkungan hidup umat manusia serta makhluk Allah selain manusia. Ini menunjukkan bahwa kelestarian dan kerusakan alam berada di tangan manusia. Dalam Islam, hak mengelola alam tidak dapat dipisahkan dari kewajiban untuk memelihara kelestariannya. Banyaknya ayat al-Qur’an yang membicarakan larangan merusak alam mengindikasikan kewajiban umat Islam untuk memelihara kelestarian dan keasrian lingkungan dan alam. DAFTAR PUSTAKA [1] Said Agil Husin al-Munawar dkk.. 2001. Islam Humanis Islam dan Persoalan Kepemimpinan, Pluralitas, Lingkungan Hidup, Supremasi Hukum, dan Masyarakat Marginal. Jakarta Moyo Segoro Agung. S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 51 2019 109 [2] Nasruddin Razak. 1973. Dienul Islam. Bandung al-Ma’arif. [3] M. Thalhah dan Ahmad Mufid. 2008. Fiqih Ekologi Menjaga Bumi Memahami Makna Kitab Suci. Yogyakarta Total Media. [4] Mujiono Abdillah. 2001. Agama Ramah Lingkungan Persfektif al-Qur’an. Jakarta Paramadina. [5] Pius A partanto. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya Arkola. [6] Ali Yafie. 1994. Menggagas Fiqih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga Ukhuwah. Bandung Mizan. [7] Najmuddin Ramly. 2007. Islam Ramah Lingkungan Konsep dan Strategi Islam Dalam Pengelolaan, Pemeliharaan, dan Penyelamatan Lingkungan Hidup. Jakarta Grafindo Khazanah Ilmu. [8] Fachruddin M. Mangunjaya. 2005. Konservasi Alam Dalam Islam. Jakarta Yayasan Obor Indonesia. [9] Fachruddin M. Mangunjaya dkk.. 2007. Menanam Sebelum Kiamat Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup. Jakarta Yayasan Obor Indonesia. ... An-Nahl ayat 41 serta Qs. Al-Ankabut ayat 58, yang mana dari derivasinya terdapat kata al-bi'ah yang berkonotasikan lingkungan sebagai ruang kehidupanAhmadiy, 2015. a. Qs. ...Dienul Islam. Bandung al-Ma'arifNasruddin RazakNasruddin Razak. 1973. Dienul Islam. Bandung al-Ma' Ramah Lingkungan Persfektif al-Qur'anMujiono AbdillahMujiono Abdillah. 2001. Agama Ramah Lingkungan Persfektif al-Qur'an. Jakarta PiusPartantoPius A partanto. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya Fiqih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga UkhuwahAli YafieAli Yafie. 1994. Menggagas Fiqih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga Ukhuwah. Bandung Alam Dalam IslamM FachruddinMangunjayaFachruddin M. Mangunjaya. 2005. Konservasi Alam Dalam Islam. Jakarta Yayasan Obor Sebelum Kiamat Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan HidupM FachruddinMangunjayaFachruddin M. Mangunjaya dkk.. 2007. Menanam Sebelum Kiamat Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup. Jakarta Yayasan Obor Indonesia. Halini akan membuat kita bisa menyelesaikan permasalahan sosial di sekitar kita dengan kemampuan enterpreneur yang kita miliki. hal yang ingin aku capai dalam kehidupan ini adalah dapat menjalankan dengan sebaik-baiknya amanah Allah atas tubuh dan raga yang telah Dia berikan pada ku, menggerakkan tubuh ini untuk segala sesuatu yang bisa ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUPOleh Ustadz Abu Ihsan al-AtsariDien Islam yang kaffah ini telah melarang segala bentuk pengrusakan terhadap alam sekitar, baik pengrusakan secara langsung maupun tidak langsung. Kaum Muslimin, harus menjadi yang terdepan dalam menjaga dan melestarikan alam sekitar. Oleh karena itu, seyogyanya setiap Muslim memahami landasan-landasan pelestarian lingkungan hidup. Karena pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab semua umat manusia sebagai pemikul amanah untuk menghuni bumi Allâh Azza wa Jalla Subhanahu wa Ta’ala telah melarang perbuatan merusak lingkungan hidup karena bisa membahayakan kehidupan manusia di muka bumi. Karena bumi yang kita tempati ini adalah milik Allâh Azza wa Jalla dan kita hanya diamanahkan untuk menempatinya sampai pada batas waktu yang telah Allâh Azza wa Jalla tetapkan. Oleh karena itu, manusia tidak boleh semena-mena mengeksplorasi alam tanpa memikirkan akibat yang Azza wa Jalla berfirman تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ ۗ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعَالَمِينَItulah ayat-ayat Allah Azza wa Jalla. Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar dan tiadalah Allâh berkehendak untuk menganiaya hamba-hambaNya. [Ali Imrân/3108]Allah Azza wa Jalla menciptakan alam ini bukan tanpa tujuan. Alam ini merupakan sarana bagi manusia untuk melaksanakan tugas pokok mereka yang merupakan tujuan diciptakan jin dan manusia. Alam adalah tempat beribadah hanya kepada Allâh semata. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ Yaitu Orang-orang yang mengingat Allâh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. [Ali Imrân/3191]Syariat Islam sangat memperhatikan kelestarian alam, meskipun dalam jihâd fi sabîlillah. Kaum Muslimin tidak diperbolehkan membakar dan menebangi pohon tanpa alasan dan keperluan yang alam dan lingkungan hidup yang kita saksikan sekarang ini merupakan akibat dari perbuatan umat manusia. Allâh Azza wa Jalla menyebutkan firmanNya ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَTelah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. [ar-Rûm/3041]Ibnu Katsîr rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya, “Zaid bin Râfi’ berkata, Telah nampak kerusakan,’ maksudnya hujan tidak turun di daratan yang mengakibatkan paceklik dan di lautan yang menimpa binatang-binatangnya.”Mujâhid rahimahullah mengatakan, “Apabila orang zhâlim berkuasa lalu ia berbuat zhâlim dan kerusakan, maka Allâh Azza wa Jalla akan menahan hujan karenanya, hingga hancurlah pesawahan dan anak keturunan. Sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai kerusakan.” Kemudian Mujâhid rahimahullah membacakan ayat di apakah kerusakan yang terjadi itu hanya disebabkan perbuatan manusia yang merusak lingkungan atau mengekplorasi alam semena-mena ataukah juga disebabkan kekufuran, syirik dan kemaksiatan yang mereka lakukan ? Jawabnya adalah Katsîr rahimahullah telah menjelaskan dalam tafsirnya “Makna firman Allâh yang artinya “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,” yaitu kekurangan buah-buahan dan tanam-tanaman disebabkan kemaksiatan. Abul Aliyah berkata, “Barangsiapa berbuat maksiat kepada Allâh di muka bumi, berarti ia telah berbuat kerusakan padanya. Karena kebaikan bumi dan langit adalah dengan ketaatan. Oleh karena itu apabila nabi Isa turun di akhir zaman, beliau akan berhukum dengan syariat yang suci ini pada masa tersebut. Beliau akan membunuh babi, mematahkan salib dan menghapus jizyah upeti sehingga tidak ada pilihan lain kecuali masuk Islam atau diperangi. Dan di zaman itu, tatkala Allâh telah membinasakan Dajjal dan para pengikutnya serta Ya’jûj dan Ma’jûj, maka dikatakanlah kepada bumi, “Keluarkanlah berkahmu.” Maka satu buah delima bisa dimakan oleh sekelompok besar manusia dan mereka bisa berteduh di bawah naungan kulitnya. Dan susu unta mampu mencukupi sekumpulan manusia. Semua itu tidak lain disebabkan berkah penerapan syariat Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Maka setiap kali keadilan ditegakkan, akan semakin banyaklah berkah dan kebaikan. Karena itulah disebutkan dalam hadits shahih, yang artinya, “Sesungguhnya apabila seorang yang jahat mati, niscaya para hamba, kota-kota, pepohonan dan binatang-binatang melata merasakan ketenangan.”[1]Salah satu bukti bahwa Islam sangat memperhatikan lingkungan alam sekitar adalah perintah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk menyingkirkan gangguan dari jalan yang beliau jadikan sebagai salah satu cabang keimanan, perintah beliau untuk menanam pohon walaupun esok hari kiamat. Disamping kita telah menjaga kehidupan manusia di sekitar kita. Bukankah satu pohon adalah jatah untuk dua orang ?Dalam hal ini pemerintah berhak memerintahkan rakyat untuk menanam pohon. al-Qurthubi berkata dalam tafsirnya, “Bercocok tanam termasuk fardhu kifâyah. Imam penguasa berkewajiban mendesak rakyatnya untuk bercocok tanam dan yang semakna dengan itu, seperti menanam pohon.”[2]Bahkan untuk memotivasi umat beliau agar gemar menanam pohon beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَا مِنْ مُسْلِمٍ غَرَسَ غَرْسًا فَأَكَلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ أَوْ دَابَّةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌMuslim mana saja yang menanam sebuah pohon lalu ada orang atau hewan yang memakan dari pohon tersebut, niscaya akan dituliskan baginya sebagai pahala sedekah.[3]Bahkan pohon itu akan menjadi asset pahala baginya sesudah mati yang akan terus mengalirkan pahala Shallallahu alaihi wa sallam bersabda سَبْعٌ يَجْرِي لِلعَبْدِ أَجْرُهُنَّ وَ هُوَ فِي قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أَوْ أَجْرَى نَهْرًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا أَوْ غَرَسَ نَخْلاً أَوْ بَنَى مَسْجِدًا أَوْ وَرَثَ مُصْحَفًا أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لََهُ بَعْدَ مَوْتِهِ .Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir bagi seorang hamba sesudah ia mati dan berada dalam kuburnya. Tujuh itu adalah orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan air, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampunan untuknya sesudah ia mati.[4]Menebang pohon, menggunduli hutan, membuang limbah ke sungai, membakar areal pesawahan dan lain-lainnya sudah jelas termasuk perbuatan merusak alam yang bisa mendatangkan bencana bagi umat manusia. Banjir bandang, kabut asap, pemanasan global adalah beberapa diantara akibatnya. Namun sadarkah kita, bahwa kerusakan alam bukan hanya karena faktor-faktor riil seperti itu saja. Kekufuran, syirik dan kemaksiatan juga punya andil dalam memperparah kerusakan alam. Bukankah banjir besar yang melanda kaum Nuh Alaihissallam disebabkan kekufuran dan penolakan mereka terhadap dakwah Nabi Nuh Alaihissallam? Bukankah bumi dibalikkan atas kaum Luth sehingga yang atas menjadi bawah dan yang bawah menjadi atas disebabkan kemaksiatan yang mereka lakukan ?Sebaliknya, keimanan, ketaatan dan keadilan juga berperan bagi kebaikan dan keberkahan Qayyim rahimahullah mengatakan, “Diantara pengaruh buruk perbuatan maksiat terhadap bumi adalah banyak terjadi gempa dan longsor di muka bumi serta terhapusnya berkah. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah melewati kampung kaum Tsamûd, beliau melarang mereka para sahabat melewati kampung tersebut kecuali dengan menangis. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam juga melarang mereka meminum airnya, menimba sumur-sumurnya, hingga beliau memerintahkan agar menggunakan air yang mereka bawa untuk mengadon gandum. Karena maksiat kaum Tsamûd ini telah mempengaruhi air di sana. Sebagaimana halnya pengaruh dosa yang mengakibatkan berkurangnya hasil panen Ahmad telah menyebutkan dalam Musnadnya, ia berkata, “Telah ditemukan dalam gudang milik Bani Umayyah sebutir gandum yang besarnya seperti sebutir kurma. Gandum itu ditemukan dalam sebuah kantung yang bertuliskan, “Biji gandum ini tumbuh pada masa keadilan ditegakkan.”Kebanyakan musibah-musibah yang Allâh Azza wa Jalla timpakan atas manusia sekarang ini disebabkan perbuatan dosa yang mereka orang tua di padang pasir telah mengabarkan kepadaku bahwa mereka pernah mendapati buah-buah yang ukurannya jauh lebih besar daripada buah-buahan yang ada sekarang.”[5]Barangkali ada yang bertanya apakah maksiat yang tidak ada sangkut pautnya dengan alam bisa juga merusak alam ? Jawabnya, ya bisa. Bukankah Hajar Aswad menghitam karena maksiat yang dilakukan oleh manusia ? Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda نَزَلَ الحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الجَنَّّةِ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ الثَّلْجِ ، فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِي آدَمَHajar Aswad turun dari surga lebih putih warnanya daripada salju, lalu menjadi hitam karena dosa-dosa anak Adam.[6]Begitulah pengaruh dosa dan maksiat! Hajar Aswad yang turun dari surga dalam keadaan berwarna putih bersih lebih putih dari salju bisa menghitam karena dosa. Ini membuktikan bahwa dosa dan maksiat juga memberikan pengaruh pada perubahan yang terjadi pada alam manusia tidak segera kembali kepada agama Allâh Azza wa Jalla, kepada sunnah Nabi-Nya, maka berkah itu akan berganti menjadi musibah. Hujan yang sejatinya, Allâh turunkan untuk membawa keberkahan dimuka bumi, namun karena ulah manusia itu sendiri, hujan justru membawa berbagai bencana bagi manusia. Banjir, tanah longsor dan beragam bencana muncul saat musim hujan tiba. Bahkan di tempat-tempat yang biasanya tidak banjir sekarang menjadi langganan banjir !Tidakkah manusia mau menyadarinya? Atau manusia terlalu egois memikirkan diri sendiri tanpa mau menyadari pentingnya menjaga alam sekitar yang bakal kita wariskan kepada generasi mendatang !?Allâh Azza wa Jalla memberi manusia tanggung jawab untuk memakmurkan bumi ini, mengatur kehidupan lingkungan hidup yang baik dan tertata. Dan Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan menuntut tanggung jawab itu di akhirat karena itu, kita sebagai umat muslim seharusnya memahami arti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Mereka punya kewajiban untuk melestarikan alam Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَاDan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya. [al-A’râf/756]Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini sebagai berikut, “Firman Allâh Azza wa Jalla yang maknanya-red, Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya.’ Allâh melarang tindakan perusakan dan hal-hal yang membahayakan alam, setelah dilakukan perbaikan atasnya. Sebab apabila berbagai macam urusan sudah berjalan dengan baik lalu setelah itu terjadi perusakan, maka hal itu lebih membahayakan umat manusia. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla melarang hal itu dan memerintahkan para hamba-Nya agar beribadah, berdoa, dan tunduk serta merendahkan diri kepada-Nya.”Sesungguhnya dengan akal yang Allâh Azza wa Jalla anugerahkan, manusia lebihkan dari makhluk-makhluk lainnya. Kita lebih mulia dari hewan. Coba anda lihat, hewan saja memiliki kesadaran menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup, lalu apakah kita selaku manusia justru menghancurkannya ? Janganlah kamu berbuat kerusakan sesudah Allâh memperbaikinya! Maka kita punya tanggung jawab besar untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup demi kesejahteraan hidup manusia di bumi ini. Bukankah Allâh Azza wa Jalla telah berfirman وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍDan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. [al-Hijr/1519]Ya, semua sudah ada ukurannya, semua ada aturannya. Allâh Azza wa Jalla telah menciptakan semua itu dengan sangat detail dan Katsîr rahimahullah berkata, “Selanjutnya Allâh Azza wa Jalla menyebutkan bahwa Dia yang telah menciptakan bumi, membentangnya, menjadikannya luas dan terhampar, menjadikan gunung-gunung diatasnya yang berdiri tegak, lembah-lembah, tanah dataran, pasir, dan berbagai tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang sesuai. Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu berkata tentang firman Allâh Azza wa Jalla “Segala sesuatu dengan ukuran” Mauzun artinya adalah diketahui ukurannya proporsional dan seimbang. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Sa’id bin Jubair, Ikrimah, Qatâdah dan ulama yang lainnya. Di antara para ulama ada yang mengatakan, “maksudnya ukuran yang telah ditentukan.” Sedang Ibnu Zaid mengatakan, “Maksudnya yaitu dari setiap sesuatu yang ditimbang dan ditentukan ukurannya.”Dalam ayat lain Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tentang siklus hidrologi sirkulasi air yang tidak pernah berhenti yang menjadi salah satu elemen terpenting bagi kelangsungan kehidupan makhluk di muka Azza wa Jalla berfirman اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ ۖ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَAllah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allâh membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu Lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. [ar-Rûm/3048].Begitulah proses perubahan diciptakan untuk memelihara keberlanjutan sustainability bumi. Proses ini dikenal sebagai siklus hidrologi, mencakup proses evaporasi, kondensasi, hujan dan aliran air ke sungai, danau dan ini kita laksanakan dengan menjalankan syariat Allâh Azza wa Jalla di muka bumi, memakmurkannya dengan tauhid dan sunnah. Sembari terus menumbuhkan kesadaran bahwa kita tidak sendiri hidup di muka bumi. Ada makhluk-makhluk Allâh Subhanahu wa Ta’ala lainnya selain kita di sekitar juga dengan menjauhi kekafiran, syirik dan maksiat. Karena dosa dan maksiat akan mendorong manusia untuk merusak dan mengotori alam ini dengan noda-noda maksiat mereka. Mereka inilah inilah yang sebenarnya tidak memahami tujuan penciptaan alam semesta al-KarîUmdatut Tafsîr Ibnu KatsîTafsir Ibnul al-BukhâShahîh Shâlihîn, an-Nawawi.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] HR Bukhâri 6512. [2] Tafsîr al-Qurthubi III/306. [3] HR Bukhâri 6012. [4] Dishahihkan oleh al-Albâni dalam Shahîh al-Jâmi’ 3602 dari Anas. [5] al-Fawâid, hlm. 65. [6] Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi I/166, Ibnu Khuzaimah I/271 dan dishahihkan oleh al-Albâni dalam Silsilatul Ahâdîtsis Shahîhah 2618..
kalomenurut saya, kita diciptakan pastinya sudah ada tujuannya, maka seharusnya ada kesamaan dalam tujuan, sehingga memiliki tugas/amanah dan fungsi di bumi. hanya saja setiap orang banyak yg terpengaruh oleh lingkungan atau orang-orang sekitar, padahal kita sudah dibekali akal untuk mempelajari satu pedoman yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai pendukung.
Menjaga dan melestarikan lingkungan berupa ruang hidup bersama atau biasa dikenal dengan istilah ruang publik sejatinya kewajiban seluruh elemen masyarakat secara umum dan para pengambil kebijakan secara khusus. Hal ini tak lain karena kenyamanan lingkungan akan dirasakan langsung oleh masyarakat luas. Pun demikian sebaliknya, ketidaknyamanan di ruang publik akan berdampak dan dirasakan langsung oleh semua masyarakat. Pada zaman seperti sekarang, kesadaran untuk menjaga lingkungan menjadi tantangan yang sangat serius dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalam kota-kota besar, contohnya, kemacetan lalu lintas telah menjadi kenyataan hidup sehari-hari. Karena sudah menjadi kebiasaan, kemacetan lalu lintas kerap tidak dianggap sebagai masalah serius yang berkaitan dengan lingkungan. Begitu juga dengan persoalan banjir. Pada musim hujan, tempat-tempat yang awalnya tampak angkuh dan megah, tak jarang berubah menjadi kolam air yang disertai dengan tumpukan sampah yang sangat mengganggu pemandangan dan kesehatan. Bahkan jalan-jalan yang lebar dan asri pun berubah menjadi selokan-selokan besar yang mengulari perkotaan. Sementara di sisi lain, pembangunan terus digalakkan hampir di semua sudut kota. Pelbagai macam alat-alat berat terus beroperasi di mana-mana untuk menciptakan gedung-gedung mewah atau mengeruk aneka macam kekayaan alam. Sebagai pemegang amanah dari rakyat dan kekuasaan, pemerintah di semua lapisannya merupakan pihak yang terkait langsung dengan pelestarian atau pun penjagaan lingkungan. Dengan kata lain, pemerintah harus berada di barisan terdepan dalam upaya menciptakan lingkungan yang bermaslahat bagi semua elemen masyarakat. Yaitu melalui tata kota yang terencana, terukur, dan memerhatikan kemaslahatan bersama. Dalam perspektif Islam, kebijakan pemerintah atau seorang pemimpin harus memerhatikan kemaslahatan masyarakat. Karena kemaslahatan masyarakat merupakan salah satu tujuan utama dan terutama dari sebuah kepemimpinan ataupun pemerintahan. Inilah yang dalam kaidah hukum Islam fikih dikenal dengan istilah تَصَرُّفُ اْلامَامِ عَلَى الرَّعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ "Kebijakan pemerintah ataupun pemimpin terhadap rakyat atas dasar kemaslahatan mereka." Dalam semangat kepemimpinan sebagaimana di atas, kebijakan pemerintah terkait dengan pembangunan harus dirancang dan dijalankan sesuai dengan kemaslahatan lingkungan berupa ruang publik. Yaitu dengan perencanaan yang matang dan terukur terkait dengan tata kota; mana wilayah pembangunan dan mana wilayah serapan. Pemilahan-pemilahan seperti di atas sangat penting untuk memerhatikan hak-hak dan fungsi lingkungan. Hingga pada berkembangan berikutnya lingkungan tidak merampas hak-hak hidup masyarakat dalam bentuk musibah-musibah alam. Allah swt berfirman وَمَانُرْسِلُ المُرْسَلِيْنَ إِلَّا مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْن الأنعام 48 "Dan Kami tidak mengutus para Rasul kecuali sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan. Maka barangsiapa beriman dan berbuat kemaslahatan, maka bagi mereka tidak akan takut dan sedih." Qs. al-An’âm [6] 48 Ayat al-Quran di atas menegaskan tentang misi diutusnya para Rasul tidak lain untuk membawa kemaslahatan bagi umatnya melalui kabar gembira dan peringatan yang akan menuntun hidup mereka. Misi yang mulia tersebut dijamin oleh Tuhan dengan surga di hari akhirat nanti. Dalam kitab tafsir Mafâtîh Al-Ghayb, Imam ar-Razi menegaskan ayat tersebut hendak meneguhkan misi kenabian yang di dalamnya menggabungkan antara dimensi iman dan dimensi kemaslahatan umat. Keduanya merupakan kekuatan yang mahadahsyat dalam rangka membangun masyarakat yang dicintai Allah swt. Yaitu masyarakat yang makmur dan mendapatkan berkah-Nya. Seluruh manusia mempunyai kewajiban yang kurang lebih sama untuk menjaga dan memerhatikan kemaslahatan lingkungan. Yaitu dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat luas, sekaligus menghindari hal-hal yang bersifat negatif terhadap lingkungan dan kehidupan bersama. Islam sangat memperhatikan kemaslahatan manusia, terutama kemaslahatan yang berdampak luas bagi kehidupan masyarakat. Dalam Islam, gagasan kemaslahatan dimaksudkan untuk mendorong umatnya agar senantiasa melakukan kebaikan sebanyak mungkin. Walaupun kebaikan tersebut menyangkut hal-hal yang sederhana. Dalam sebuah Hadits disebutkan bahwa perbuatan menyingkirkan duri yang dapat mengganggu orang di jalan merupakan bagian dari keimanan. Sebaliknya, dalam konteks keburukan disebutkan bahwa seorang yang sengaja mengurung kucing bisa menyebabkannya masuk neraka. Prinsip kemaslahatan dalam Islam diabadikan oleh Imam An-Nawawi dalam kumpulan hadis 40, yang dikenal dengan Hadis al-Arba’în al-Nawawî لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ فِي الْاِسْلاَمِ "Tidak ada kemudharatan dan memudharatkan dalam Islam" Hadits tersebut ingin memastikan, bahwa sebagai umat Islam kita diperintahkan agar senantiasa melaksanakan sesuatu yang membawa manfaat bagi orang lain. Sedangkan hal-hal yang membawa dampak bahaya atau kemudaratan hendaknya dijauhi. Sebab Islam sama sekali tidak menoleransi berbagai tindakan yang merugikan orang lain. Dalam konteks seperti ini, membuang sampah pada tempatnya sebagai bagian nyata dari perhatian terhadap lingkungan mempunyai makna yang sangat penting, walaupun perbuatan tersebut mungkin tampak sederhana. Dengan membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya, masyarakat sesungguhnya telah berperan besar dalam upaya menjaga kemaslahatan ruang publik. Harus diperhatikan bersama, pada awalnya kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya mungkin tidak terasa dampaknya. Apalagi sampah tersebut hanyalah berkas-berkas atau pun hal-hal kecil lainnya. Namun demikian, tidak ada hal kecil apabila terus dilakukan, apalagi orang lain kemudian turut melakukannya. Dengan kata lain, membuang sampah ringan tidak pada tempatnya pada akhirnya akan menimbulkan gunung sampah bila terus dilakukan. Apalagi perbuatan seperti ini kemudian dilakukan oleh banyak orang. Tatkala kejahatan yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan sudah melampaui batas kewajaran, alam pun pada akhirnya membalasnya dalam bentuk-bentuk musibah yang terjadi. Sebagaimana telah disampaikan, ketika musibah terjadi, dia tak lagi memerhatikan siapa yang baik atau siapa yang buruk, siapa yang melakukan sampah tidak pada tempatnya dan siapa yang membuang sampah pada tempatnya. Fathoni

JanganlahKau Merusak Bumi. Allah mengutus manusia untuk menjadi Khalifah di muka bumi ini. Penunjukan manusia sebagai Khalifah oleh Allah termaktub dalam surah Al-Fathir ayat 39 yang artinya, "Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi. Barangsiapa kafir, maka (akibat) kekafirannya akan menimpa dirinya sendiri.

Aku Anak SalihPerilaku Terpuji Amanah, Santun dan Menghargai Teman Kompetensi Dasar Memahami makna perilaku amanah clalam kehidupan seharihari Mencontohkan perilaku amanah dalam kehidupan sehari-hari Memahami sikap santun dan menghargai teman, baik di rumah, sekolah, maupun di masyarakat sekitar Mencontohkan sikap santun dan menghargai teman, baik di rumah, sekolah, maupun di masyarakat sekitar Tujuan Pembelajaran Melalui pembelajaran jarak jauh peserta didik dapat 1. Menjelaskan pengertian amanah dengan benar 2. Menjelaskan contoh perilaku amanah dengan benar 3. Menampilkan perilaku amanah dalam kehidupan sehari-hari dengan benar 4. Menjelaskan pengertian santun dengan benar 5. Menjelaskan contoh perilaku santun di rumah, sekolah, dan di masyarakat sekitar 6. Menampilkan perilaku santun di rumah, sekolah, dan di masyarakat sekitar 7. Menjelaskan pengertian menghargai teman dengan benar 8. Menjelaskan contoh perilaku menghargai teman di rumah, sekolah, dan di masyarakat sekitar 9. Menampilkan perilaku menghargai teman di rumah, sekolah, dan di masyarakat sekitar Materi Pokok Amanah, santun, dan menghargai teman Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal 1. Salam dan Doa 2. Mari Tadarus 3. Mari kita lakukan protokol kesehatan Kegiatan IntiAmati tayangan berikut! Bagaimana menurut pendapatmu tentang tayangan diatas?Apa yang dimaksud amanah?Apa saja perilaku yang termasuk amanah?Bagaimana bersikap santun dan menghargai teman? Ayo pahami! A. Perilaku Amanah Pengertian Amanah Amanah adalah sikap jujur atau dapat di percaya. Amanah dapat diartikan dengan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah merupakan titipan. Amanah merupakan lawan dari khianat. Sikap amanah merupakan sesuatu yang dipercayakan untuk dilindungi, dijaga, dan dilaksanakan. Jadi Amanah adalah sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang atau kepercayaan terhadap seseorang untuk dilaksanakan. Macam-macam Amanah 1. Amanah terhadap Allah Swt., yaitu dengan menjalani semua perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya. 2. Amanah terhadap sesama manusia, yaitu ketika di titipi pesan atau barang maka kita harus menyampaikan kepada yang berhak 3. Amanah terhadap diri sendiri, yaitu dengan menggunakan segenap anggota badan dan kemampuan demi menjaga kelangsungan hidup Contoh Perilaku Amanah Berikut ini beberapa contoh amanah dalam kehidupan sehari-hari 1. Menjaga titipan dan mengembalikannya seperti keadaan semula. Apabila kita dititipi sesuatu oleh orang lain, misalnya barang berharga, emas, rumah, atau barang-barang lainnya, maka kita harus menjaganya dengan baik. Pada saat barang titipan tersebut diambil oleh pemiliknya, kita harus mengembalikannya seperti semula. 2. Menjaga rahasia. Apabila kita dipercaya untuk menjaga rahasia, baik itu rahasia pribadi, rahasia keluarga, rahasia organisasi, atau rahasia negara, maka kita wajib menjaganya supaya tidak bocor kepada orang lain. 3. Tidak menyalahgunakan jabatan. Jabatan adalah amanah yang wajib dijaga. Apabila kita diberi jabatan apapun bentuknya, maka kita harus menjaga amanah tersebut. menggunakan jabatan untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok termasuk perbuatan yang melanggar amanah. 4. Memelihara semua nikmat dari Allah Swt. Nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt. berupa umur, kesehatan, harta benda, ilmu, dan sebagainya. Semua nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. kepada umat manusia adalah amanah yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Nabi Muhammad Saw memberi contoh saat berdagang ke Syam bersama pamannya. Dalam berdagang, beliau selalu bersikap amanah terpercaya. Barang dagangan yang dititipkan kepadanya dijaga dengan baik. Mengingat sikapnya itu, beliau mendapatkan gelar al-Amin, artinya orang yang dapat dipercaya. Sebagai umat Nabi Muhammad Saw., kita harus meneladani perilakunya, misalnya 1. rajin belajar; 2. menjaga nama baik orang tua kita; 3. mengerjakan tugas sekolah; 4. menjaga nama baik guru dan sekolah. 5. menjaga diri dengan baik 6. menjaga hak orang lain Manfaat Berperilaku Amanah Orang yang berbuat baik kepada orang lain, sesungguhnya ia telah berbuat baik kepada diri sendiri. Begitu juga sikap amanah memiliki dampak yang baik bagi diri sendiri. Di antara hikmah berperilaku amanah sebagai berikut 1. Dipercaya orang lain, 2. Mendapatkan simpati dari orang lain 3. Menjalani hidup akan berhasil dan dimudahkan oleh Allah Swt. Ayo simak tayangan berikut! B. Perilaku Santun Amati tayangan berikut!Apa pendapatmu tentang perilaku pada tayangan tersebut?Ayo baca materi berikut!Pengertian Santun Santun adalah berkata lemah lembut serta bertingkah laku halus dan baik. Perilaku santun seseorang akan terlihat dari ucapan dan tingkah lakunya. Ucapannya lemah-lembut, tingkah lakunya halus serta menjaga perasaan orang lain. Santun mencakup dua hal, yaitui santun dalam ucapan dan santun dalam perbuatan. Sopan santun menjadi sangat penting dalam pergaulan hidup sehari hari. Kita akan dihargai dan dihormati orang lain jika menunjukkan sikap sopan santun. Orang lain merasa nyaman dengan kehadiran kita. Sebaliknya, jika berperilaku tidak sopan, maka orang lain tak akan menghargai dan menghormati kita. Orang santun biasanya sabar, tenang, sopan, penuh rasa belas kasihan dan suka menolong. Sedangkan, menghargai berarti menghormati, mengindahkan, dan memandang penting kepada orang lain. Orang yang tidak menghargai berarti orang yang meremehkan atau tidak peduli terhadap orang lain. Perhatikan firman Allah berikut! “Dialah yang menurunkan ayat-ayat yang terang al-Qur'an kepada hambaNya Muhammad untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sungguh, terhadap kamu Allah Maha Penyantun, Maha Penyayang.” al-Hadid/ 57 9. Contoh perilaku Santun Contoh sikap santun yang harus kita lakukan saat di sekolah adalah 1. Menyapa guru saat bertemu 2. Mengucap dan memberi salam pada guru 3. Menghormati bapak dan ibu guru 4. Menggunakan seragam yang rapi dan sesuai aturan 5. Berkata lembut terhadap teman, guru maupun karyawan Contoh sikap santun yang harus kita lakukan saat di rumah adalah 1. Meminta izin kepada orang tuanya saat hendak bepergian keluar rumah 2. Menggunakan kata-kata yang baik dan menghindari penggunaan kata-kata kasar 3. Saling mengucapkan salam saat hendak bepergian 4. Saling berbagi apapun kepada sesama saudara 5. Membantu orang tua mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga Contoh sikap santun yang harus kita lakukan saat di masyarakat adalah 1. Mengikuti kegiatan kerja bakti pembersihan lingkungan 2. Saling berbagi dan saling membantu sesama tetangga 3. Saling menyapa dengan tetangga 4. Menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan Tidak meludah di sembarang tempat. Manfaat bersikap santun Adapun manfaat perilaku santun sebagai berikut ; 1. Dihargai dan di hormati orang lain 2. Rasa tenteram dan damai 3. Mendatangkan rasa bahagia 4. Dapat menjaga hubungan baik dengan orang yang ada di sekitar kita 5. Dipandang sebagai orang yang mempunyai perilaku baik C. Perilaku Menghargai Teman Ayo simak tayangan dibawah ini! Apakah memafkan teman termasuk cara menghargai teman? cara menghargai teman? Ayo pahami materi berikut!Pengertian Menghargai Teman Menghargai teman adalah sikap menghormati seorang dan memberi kesempatan kepada orang lain. Orang yang tidak menghargai berarti orang yang meremehkan atau tidak peduli terhadap orang lain. Contoh perilaku menghargai teman. Perilaku menghargai teman dapat diwujudkan dengan 1. Berteman tanpa pilih kasih. Bersahabat dan bermain dengan siapa saja, tidak memandang kedudukan orang tersebut. 2. Tidak mencela dengan perkataan yang buruk. 3. Rendah hati dan bisa menerima dengan hati yang tulus atas kerja temanmu. 4. Mengucapkan “terimakasih” kepada teman yang telah membantu. 5. Mengucapkan “minta maaf” kepada teman jika kita bersalah atau menyinggung perasaan dan sebagainya. 6. Tidak mengambil hak orang lain dan menguasainya dengan cara mencuri, merampas, atau berdusta. 7. Memberikan ucapan selamat, sanjungan dan pujian secara langsung kepada teman yang berprestasi. Ayo simak tayangan berikut! Kegiatan Penutup Mari membuat kesimpulan 1. Amanah adalah sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang atau kepercayaan terhadap seseorang untuk dilaksanakan. 2. Contoh perilaku amanah Menjaga titipan dan mengembalikannya seperti keadaan semula, menjaga rahasia, tidak menyalahgunakan jabatan, memelihara semua nikmat dari Allah Swt. 4. Manfaat berperilaku amanah akan dipercaya orang lain, mendapatkan simpati dari orang lain, menjalani hidup akan berhasil dan dimudahkan oleh Allah Swt. 3. Santun adalah berkata lemah lembut serta bertingkah laku halus dan baik. 4. Contoh perilaku santun di sekolah menyapa guru saat bertemu dengan guru, mengucap dan memberi salam pada guru, menyayangi teman-teman, berkata lembut terhadap teman, guru maupun karyawan. 5. Contoh sikap santun di rumah adalah meminta izin kepada orang tuanya saat hendak bepergian keluar rumah, saling membantu mengerjakan pekerjaan rumah, menggunakan kata-kata yang baik dan menghindari penggunaan kata-kata kasar. 6. Contoh santun di masyarakat mengikuti kegiatan kerja bakti pembersihan lingkungan, saling berbagi dan saling membantu sesama tetangga, menjaga ketertiban lingkungan, tidak meludah di sembarang tempat. 7. Manfaat berperilaku santun Dihargai dan di hormati orang lain, akan merasa tenteram dan damai, mendatangkan rasa bahagia 8. Menghargai teman adalah sikap menghormati seorang dan memberi kesempatan kepada orang lain. 9. Contoh perilaku menghargai teman berteman tanpa pilih kasih. tidak mencela dengan perkataan yang buruk, mengucapkan “minta maaf” kepada teman jika kita bersalah atau menyinggung perasaan. Jangan lupa uji kemampuan kalian dengan menjawab beberapa pertanyaan. Demikian pembelajaran kali ini, kita ucap “Alhamdulillah” Penilaian Jawablah pertanyaan berikut! 1. Jelaskan pengertian Amanah! 2. Sebutkan 3 macam amanah! 3. Sebutkan 3 contoh perbuatan yang termasuk amanah! 4. Jelaskan manfaat bersikap amanah! 5. Apakah yang dimaksud santun? 6. Jelaskan 3 contoh santun di sekolah! 7. Sebutkan 3 contoh santun di masyarakat! 8. Jelaskan manfaat bersikap santun! 9. Jelaskan arti menghargai teman! 10. Sebutkan 3 contoh perbuatan yang termasuk menghargai teman!

lingkungan di sekitar kita adalah amanah allah yang harus
hukummembayar fidyah dalam islam. Allah telah mempercayakan kita untuk menjaga lingkungan dimana saat itu para malaikat justru meragukan kita. Maka hendaknya kita betul-betul menjalankan perintah Allah untuk menjaga segala apa yang telah ia ciptakan utnuk kita. Namun sayang, semakin hari justru semakin banyak manusia yang merusak lingkungan. Pengertian Adab Terhadap Lingkungan Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan makhluk lain untuk kelangsungan hidupnya. Manusia membutuhkan manusia lain, manusia membutuhkan tumbuhan dan manusia juga membutuhkan hewan. Begitu juga sebaliknya, semua yang ada di lingkungan juga membutuhkan manusia. Tumbuhan dan hewan membutuhkan manusia untuk kelangsungan hidupnya juga. Manusia di bumi ini adalah khalifah. Apa-apa yang ada di bumi ini diciptakan oleh Allah untuk manusia. Allah menciptakan tumbuhan dan hewan tidak lain untuk kemaslahatan manusia, manusia juga memerlukan makanan dari tumbuhan dan juga hewan-hewan yang ada di lingkungan. Maka tugas manusia lah yang harus menjaga dan melestarikan apa-apa yang ada di bumi ini dan lingkungan. Pengertian adab menurut bahasa ialah kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti, akhlak. Menurut istilah adab ialah “suatu ibarat tentang pengetahuan yang dapat menjaga diri dari segala sifat yang salah. Adab dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak. Adab terhadap lingkungan adalah tingkah laku makhluk hidup terhadap lingkungan sekitar, tingkah laku terhadap tumbuhan, hewan air dan apapun yang ada di sekitar kita. Lingkungan adalah gabungan atau perpaduan antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti bagaimana cara menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Dalil Tentang Kewajiban Terhadap Lingkungan Firman Allah dalam Surat An-Nur ayat 45, menjelaskan bahwa Allah menciptakan berbagai jenis tumbuhan dan hewan dengan segala macam ragam. Lalu Allah menciptakan manusia. Artinya Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian yang lain berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tumbuhan tidak diciptakan oleh Allah hanya untuk kehidupan manusia saja. Namun tumbuhan diciptakan oleh Allah juga untuk hewan-hewan yang ada di alam ini. Dalam firmannya Taha 53 Artinya Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Semua yang ada di alam ini diciptakan oleh Allah agar dapat dimanfaatkan dan digunakan dengan sebaik-baiknya oleh manusia. Allah berirman dalam QS. al-Baqarah 29 Artinya Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu. Dengan adanya beberapa irman yang sudah dijelaskan di atas, bahwa Allah sudah memerintahkan kepada umatnya yaitu manusia agar menjaga lingkungan. Manusia mempunyai kewajiban memelihara segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan sekitarnya selain memanfaatkan apa yang ada di lingkungan. Semua ini telah disediakan oleh Allah untuk manusia, maka dari itu Allah sangat murka terhadap manusia yang merusak lingkungan sekitar. Apabila larangan tersebut tetap dilanggar oleh manusia, sama saja manusia telah merusak hidupnya sendiri. Seperti contohnya merusak lingkungan dengan membuang sampah di sembarang tempat akan mengakibatkan bencana banjir. Penebangan hutan dengan sembarangan akan menyebabkan longsor. Kerusakan tersebut juga mengancam nyawa manusia, dan keberlangsungan kehidupan manusia. Dengan adanya bencana banjir, banyak manusia terserang penyakit hingga meninggalnya manusia tersebut, tidak hanya nyawa saja yang hilang bahkan harta benda dan rumah mereka pun juga melayang. Adab Pada Lingkungan a. Adab Lingkungan Tanpa kita sadari bahwa seluruh manusia yang ada di alam ini membutuhkan alam yang ada di sekitarnya untuk membantu manusia dalam hidupnya. Manusia bernafas juga membutuhkan udara yang bersih, manusia membutuhkan air yang bersih untuk hidupnya dan juga tanah. Udara, air dan tanah adalah sumber alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Lingkungan sehat adalah lingkungan yang diidamkan oleh semua makhluk hidup di dunia ini terutama manusia. Lingkungan sehat manusia pun sehat, maka manusia haruslah menjaga dengan baik. Adanya kejadian-kejadian alam yang ada di lingkungan seperti kebakaran hutan, kemarau yang panjang yang mengakibatkan kekurangan air bersih, itu semua karena manusia. Manusia kurang atau tidak mempunyai adab terhadap lingkungan di sekitarnya. Adanya krisis adab berawal dari diri setiap manusia. Karena adab itu lahir dari jiwa seseorang, bukan dari luar. Beberapa adab manusia terhadap lingkungan, adalah sebagai berikut b. Larangan merusak/mencemari lingkungan Artinya Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut tidak akan diterima dan harapan akan dikabulkan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. QS. al-A’raf 56 c. Menjaga kebersihan lingkungan Artinya “…..Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” Al-Baqarah 222 d. Menganjurkan menghidupkan lahan mati Artinya Tidaklah seorang muslim yang bercocok tanam, kecuali setiap tanamannya yang dimakannya bernilai sedekah baginya, apa yang dicuri orang darinya menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan binatang liar menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan burung menjadi sedekah baginya, dan tidaklah seseorang mengambil darinya, melainkan ia menjadi sedekah baginya. HR. Muslim Maka tak aneh jika Nabi Muhammad saw memerintahkan untuk memaksimalkan tanah mati, untuk ditanami; Dalam hadis lain disebutkan “Barang siapa yang menghidupkan lahan mati, baginya pahala. Dan semua yang dimakan burung dan binatang menjadi sedekah baginya.” HR An-Nasai, Ibnu Hibban dan Ahmad. Kematian sebuah tanah akan terjadi kalau tanah itu diitinggalkan dan tidak ditanami. Tanah dikategorikan hidup apabila di dalamnya terdapat air dan pemukiman sebagai tempat tinggal. Usaha menghidupkan lahan mati, dikategorikan sebagai suatu keutamaan yang dianjurkan Islam dan berpahala, dan sebaliknya bagi siapa saja yang berusaha untuk merusak usaha seperti ini dengan cara menebang pohon akan dicelupkan kepalanya ke dalam neraka. e. Tidak ekploitatif terhadap lingkungan atau Hemat Suatu hari, Rasulullah melewati Sa’ad sedang berwudhu dan banyak menggunakan air. Beliau mengkritik, “Mengapa boros wahai Sa’ad?” Sa’ad menjawab, “Apakah ada pemborosan air dalam wudhu?” Rasul menjawab, “Ya, walaupun kamu berada di sungai yang mengalir.” HR Ibnu Majah dan Ahmad. Bila kita meneladani Rasulullah dan mengamalkan ajarannya, pastilah alam ini akan bersahabat dengan kita. Dari gambaran hadis di atas sangatlah jelas bahwa pemakaian sumber alam yang berlebihan merupakan sebuah tindakan yang dilarang oleh agama. Jika dalam hal wudhu saja Rasulullah menegur kita untuk tidak boros dalam penggunaan airnya, apalagi jika kita melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap sumber alam yang kita miliki. Adab terhadap Hewan Hewan juga makhluk Allah. Hewan diciptakan oleh Allah untuk kelangsungan hidup manusia di dunia ini. Maka sebagai seorang muslim harus lah mempunyai adab terhadap hewan yang ada di lingkungan sebagai berikut ini Hewan juga membutuhkan makanan dan minuman, maka berikanlah hewan tersebut makanan dan minuman. Memberikan kasih sayang kepada hewan, baik hewan peliharaan maupun tidak. Seorang muslim yang akan menyembelih hewan, hendaknya mengunakan pisau yang sangat tajam. Sehingga hewan tersebut tidak merasa kesakitan. Janganlah menyakiti hewan dengan cara apapun. Karena hewan juga makhluk hidup yang bisa merasakan kesakitan. Boleh membunuh hewan yang mengganggu, seperti anjing buas, serigala, ular, kalajengking, tikus dan lain-lainnya, karena Nabi saw. telah bersabda, “Ada lima macam hewan fasik yang boleh dibunuh di waktu halal tidak ihram dan di waktu ihram, yaitu ular, burung gagak yang putih punggung dan perutnya, tikus, anjing buas dan rajawali” HR Muslim 1198. Juga ada hadis shahih yang membolehkan membunuh kalajengking dan mengutuknya. Hikmah adab terhadap lingkungan Melaksanakan amanah Allah swt sebagai khalifah di bumi untuk menjaga dan melestarikan apa yang telah diciptakan oleh Allah buat manusia. Meningkatkan keimanan kita terhadap Allah swt dan mensyukuri segala pemberian Allah swt yang ada Beragam makhluk hidup dengan segala jenis dan bentuknya merupakan bukti bahwa Allah maha kaya dan maha berkuasa atas alam semesta ini Gemar dengan melakukan hidup bersih dan tidak berlebihan dalam memanfaatkan serta menggunakan sumber alam yang ada. . 81 390 250 124 36 390 28 136

lingkungan di sekitar kita adalah amanah allah yang harus